Data terbaru tentang kesejahteraan di tempat kerja secara global menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal dalam beberapa aspek utama seperti produktivitas karyawan, dukungan organisasi, dan keterlibatan kerja. Laporan Workplace Wellbeing 360 Report 2025 mengungkapkan bahwa skor produktivitas karyawan di Indonesia hanya 43,48%, jauh di bawah rata-rata global yang mencapai 46,08% (Intellect, 2025). Selain itu, kesejahteraan karyawan di Indonesia hanya mencapai 53,26%, tertinggal dari Malaysia (67,89%) dan Singapura (68,23%) (Intellect, 2025).
Tren ini cukup mengkhawatirkan—di saat kesejahteraan karyawan meningkat secara global, tingkat produktivitas di Indonesia justru stagnan. Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa presenteeism di Indonesia mencapai 41,2%, lima kali lebih tinggi dibandingkan tingkat absenteeism yang hanya 7,69% (Intellect, 2025). Artinya, banyak karyawan yang hadir secara fisik tetapi tidak terlibat secara mental dalam pekerjaannya. Sebagai perbandingan, Jepang memiliki tingkat produktivitas karyawan tertinggi (55,62%) dengan tingkat presenteeism yang jauh lebih rendah, menunjukkan adanya hubungan langsung antara kesejahteraan mental dan produktivitas.
Tingkat absenteeism dan presenteeism yang tinggi menyebabkan kerugian miliaran dolar bagi bisnis secara global. Rata-rata biaya absenteeism per karyawan per bulan mencapai USD 318, sementara presenteeism mencapai USD 990—tiga kali lipat lebih besar (Intellect, 2025). Di Indonesia, skor manajemen stres juga masih di bawah rata-rata global (50,98% vs. 58,62%), yang berimbas langsung pada produktivitas (Intellect, 2025).
Minimnya pelatihan manajemen stres berkontribusi pada rendahnya keterlibatan kerja. Banyak karyawan Indonesia melaporkan bahwa mereka merasa terbebani dengan tugas yang menumpuk, yang akhirnya menyebabkan kelelahan (burnout) dan turunnya motivasi kerja (Oxford Wellbeing Research Centre, 2023).
Sebuah studi oleh Johns (2010) menemukan bahwa tekanan mental jangka panjang dapat menyebabkan penurunan produktivitas hingga 40% per tahun. Organisasi yang tidak berinvestasi dalam kesejahteraan karyawan berisiko mengalami tingkat pergantian karyawan yang tinggi. Di Indonesia, biaya rekrutmen akibat pergantian karyawan bisa meningkat hingga 25% per tahun (Howard, Howard, & Smyth, 2012). Artinya, investasi dalam kesejahteraan karyawan bukan hanya keputusan etis tetapi juga strategi bisnis yang bijak.
Kepemimpinan memiliki peran besar dalam menciptakan budaya kesejahteraan di tempat kerja. Studi menunjukkan bahwa organisasi yang pemimpinnya aktif dalam mempromosikan kesehatan mental mengalami peningkatan keterlibatan karyawan hingga 30% dibandingkan dengan organisasi yang tidak melakukan hal tersebut (Baran, Shanock, & Miller, 2012).
Namun, di Indonesia, hanya 47% karyawan yang merasa didukung oleh pimpinan mereka dalam hal kesejahteraan mental (Intellect, 2025). Oleh karena itu, pelatihan bagi para pemimpin sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan inklusif.
Salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan kesejahteraan kerja adalah melalui pelatihan yang berfokus pada kesehatan mental, manajemen stres, resiliensi, dan kepemimpinan. Studi dari University of Oxford Wellbeing Research Centre menunjukkan bahwa perusahaan dengan program kesejahteraan yang kuat tidak hanya lebih produktif tetapi juga lebih menguntungkan (Oxford Wellbeing Research Centre, 2023). Organisasi yang memprioritaskan kesejahteraan mental karyawan bahkan dapat memperoleh ROI hingga 1.543% berkat peningkatan kinerja dan pengurangan absenteeism (Intellect, 2025).
Peningkatan Produktivitas – Karyawan yang menerima pelatihan manajemen stres dan mindfulness mengalami peningkatan fokus dan efisiensi hingga 20% (Xanthopoulou, Bakker, Demerouti, & Schaufeli, 2009).
Pengurangan Burnout – Organisasi yang menerapkan program kesejahteraan mengalami penurunan kasus burnout hingga 25% (Johns, 2010).
Dukungan Organisasi yang Lebih Kuat – Perusahaan dengan program kesehatan mental yang terstruktur mengalami peningkatan retensi karyawan hingga 35% (Baran et al., 2012).
Keterlibatan Karyawan yang Lebih Tinggi – Kesejahteraan mental berkorelasi langsung dengan keterlibatan kerja, yang berkontribusi pada peningkatan inovasi dan kreativitas di tempat kerja (Howard et al., 2012).
Pelatihan Manajemen Stres & Resiliensi – Membantu karyawan mengelola tekanan kerja dan mencegah kelelahan (burnout).
Program Mindfulness & Keseimbangan Hidup-Kerja – Meningkatkan pengendalian emosi dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat.
Pelatihan Kepemimpinan Berbasis Kesejahteraan – Memberdayakan pemimpin untuk membangun budaya kerja yang mendukung dan produktif.
Pertolongan Pertama Kesehatan Mental untuk Bisnis – Melatih tim HR dan manajer dalam mengenali tanda-tanda awal gangguan mental dan memberikan dukungan yang tepat.
Dengan skor kesejahteraan di tempat kerja Indonesia yang masih di bawah standar global, sekarang adalah saat yang tepat bagi perusahaan untuk bertindak. Investasi dalam pelatihan kesejahteraan karyawan bukan hanya tugas HR—tetapi strategi bisnis untuk pertumbuhan dan daya saing jangka panjang.
Siap meningkatkan kesejahteraan di tempat kerja Anda? Jelajahi program pelatihan kami di Training-Indonesia.org dan mulailah perjalanan menuju lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif!
Reference:
Baran, B. E., Shanock, L. R., & Miller, L. R. (2012). Advancing organizational support theory into the twenty-first century world of work. Journal of Business and Psychology, 27(2), 123–147. https://doi.org/10.1007/s10869-011-9236-3
Howard, J. L., Howard, J. W., & Smyth, R. (2012). Workplace wellbeing and employee turnover: The cost of neglect. International Journal of Human Resource Management, 23(5), 987–1005. https://doi.org/10.1080/09585192.2011.561236
Intellect. (2025). Workplace Wellbeing 360 Report 2025. Intellect Pte Ltd.
Johns, G. (2010). Presenteeism in the workplace: A review and research agenda. Journal of Organizational Behavior, 31(4), 519–542. https://doi.org/10.1002/job.630
Oxford Wellbeing Research Centre. (2023). The economic impact of workplace wellbeing programs: A global analysis. University of Oxford.
Xanthopoulou, D., Bakker, A. B., Demerouti, E., & Schaufeli, W. B. (2009). Work engagement and financial returns: A diary study on the role of job and personal resources. Journal of Occupational and Organizational Psychology, 82(1), 183–200. https://doi.org/10.1348/096317908X285633
Photo by Anna Tarazevich: https://www.pexels.com/photo/a-woman-wearing-a-smartwatch-holding-a-smartphone-6173668/
EKONID Human Capital Club Explores Key Workforce and Engagement Trends for 2025
On July 25, 2025, The German-Indonesian Chamber of Industry and Commerce (AHK Indonesia/EKONID) hosted its latest Human Capital Club under the theme “Workforce Trends and Employee Engagement 2025”
EKONID Human Capital Club Kupas Tuntas Tren Keterlibatan Karyawan dan Strategi SDM 2025
Jakarta, 25 Juli 2025 – Kamar Dagang dan Industri Indonesia–Jerman (AHK Indonesia/EKONID) kembali menggelar Human Capital Club bertajuk “Workforce Trends and Employee Engagement 2025.
Indonesian HR Strategy to Optimize the Potential of AI in the Future Workplace
Artificial Intelligence (AI) is no longer merely an operational tool—it has become a transformational force in how organizations redesign work, develop talent, and create business value.
Strategi HR Indonesia Mengoptimalkan Potensi AI di Tempat Kerja Masa Depan
Artificial Intelligence (AI) bukan lagi sekadar alat bantu operasional, tetapi telah menjadi kekuatan transformasional dalam cara organisasi mendesain ulang pekerjaan
Menavigasi People Analytics: Peluang dan Risiko dalam Transformasi HR di Indonesia
Di era digital, organisasi semakin menyadari pentingnya pengambilan keputusan berbasis data untuk mengelola sumber daya manusia (SDM) secara efektif. Salah satu pendekatan yang kini populer adalah Peo
Upcoming Training
Aug
12
Process Mapping for Improvement
IPDC Training Institute, Jalan Mampang Prapatan Raya, RT.1/RW.6, Duren Tiga, South Jakarta City, Jakarta, Indonesia
Aug
12
Business Model Innovation
IPDC Training Institute, Jalan Mampang Prapatan Raya, RT.1/RW.6, Duren Tiga, South Jakarta City, Jakarta, Indonesia